15 September 2009

Nikmatnya Kebahagiaan Ternyata Baru Terasa di Kala Aku Merasa Sakit Hati, Seperti Halnya Nikmatnya Sehat Terasa Ketika Aku Sakit Pula

Sebelum hadirnya dia di kehidupanku, hidupku memang seperti tak ada apa-apa. Indah nan serba cuek dengan semua rasa yang ada di sekitarku untuk wanita. Namun setelah ia hadir, aku merasakan suatu perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Ia muncul menyelusup di relung hatiku yang paling sempit. Dan hal itu tak pernah aku sangka sebelumnya. Aku sadari betapa seorang laki-laki selalu mendambakan seorang bidadari di sisinya dengan setulus kasih yang ia persembahkan buat kita. Namun tidak dengan apa yang aku alami kini.
Tujuh bulan lebih kupertahankan segala isi hatiku untuknya karena aku pernah berharap hanya dia yang pantas mengisi kehidupanku. Namun tampaknya tidak kini. Ia lebih memilih kehidupannya sendiri.
Beberapa pekan setelah kepergianku di hatinya. Aku selalu berusaha memberikan kontak positif untuknya dengan berbagai upaya yang aku lakukan, menyisakan satu tujuan agar kami tetap dapat berkomunikasi, walau jarak membentangkan kehidupan kami.

Bukankah aku adalah lelaki yang seharusnya memiliki beratus pilihan. Dan kapan pun waktunya punya kesempatan menduakan perasaan. Mungkin itu hanya sangkaan dari sebagian di antara kaum kita. Bahwa menyayangi bisa saja lebih dari satu orang dan itu lazim dilakukan oleh kaum Adam untuk kaum Hawa. Jika hal itu sering berlaku di dunia ini, maka tentu tidak semua laki-laki melakukannya. Seribu coba telah kuupayakan untuk meluluhlantakkan segala perasaan yang ada di hati ini, namun semua tampaknya sia-sia.
Sebelum semua kejadian itu, bukan aku tak pernah mendapat cobaan mempertahankan perasaan ini. Namun sering kali cobaan itu hadir dalam kehidupanku. Mungkin Karena perangai, watak dan etika yang kumiliki yang tampaknya tidak pernah ingin menyakiti orang. Dan selalu ingin berbuat baik apapun itu, tapi kadang aku pun sering salah paham dengan berbagai sikap yang aku tampakkan khususnya untuk dia.
Resahku kian padat setelah semua sms yang kukirimkan untuknya terbalas hanya seadanya. Beberapa kawan yang pernah aku kenal tanpa disangka memberikan respons hangat akan hadirnya diriku dalam kehidupannya. Kata-kata manis sering terlontar dari bibir-bibir itu. Terkadang aku jengah ingin lari darinya. Sebab aku masih mempertahankan satu perasaan suci yang tak ingin ditetesi tinta hitam di atasnya dengan menghadirkan orang kedua dan ketiga dalam kehidupanku selanjutnya.
Kehidupan memang sulit ditebak, sulit dianalisa dan dipelajari secara autodidak sekalipun. Ia selalu berjalan tanpa permisi dan selalu meninggalkan hal yang terkenang yang kadang pula tanpa pernah kita harap. Entah pula kenangan itu manis atau getir yang pasti setiap kita merasakan keduanya pernah mampir di kehidupan kita.
Kasih, betapa kau telah merenggut hatiku lantas kau buang ke dasar jurang yang begitu curam. Kau tak pernah mau peduli apa yang kurasakan selanjutnya. Aku seperti sudah merasakan kematian walau kehidupan nyata sedang kujalani.
Kini aku adalah sebuah miniatur korban hati yang seharusnya menjadikan sebuah pelajaran berharga bagiku kelak. Dan terlebih untuk semua kaum sejenisku agar apa yang kita jalani selalu memiliki sebuah tujuan yang baik, sebab dengan modal itu kehidupan apapun yang akan kita jalani, maka Dialah yang akan menuntun. Dan keyakinan muslim kita mengekalkan, tiada yang akan hancur jika Dia yang telah membimbing kita.


0 komentar:

Posting Komentar

Dengan senang hati, komentarlah di sini!

 
© Copyright by My Diary  |  Template by Blogspot tutorial