22 September 2009

Nyanyian Sendu Rindu

(Jum’at, 04 September 2009 M/14 Ramadan 1430 H, Malam Purnama/23.30 WIB)

Di kala sang surya hampir tenggelam di telan bumi, seakan-akan ia enggan untuk bersinar lagi, cahayanya redup berwarna kuning lembayung kemerah-merahan. Anak-anak gembala pulang menggiring dombanya sambil menyanyikan lagu alam desa.
Siang berganti malam, tak terdengar lagi suara alunan anak manusia, hanyalah bisikan angin membawa berita tentang arti kehidupan.
Malam ini, malam yang naas bagi diriku. Padahal seharusnya Bulan datang ‘tuk bersinar menerangi alam raya ini.
Bulan, kenapa kau tak mau bersinar di malam purnama ini? Aku sungguh merindukanmu. Aku ingin berjalan bersamamu di langit biru bersama awan putih yang bergerak bebas di angkasa raya.
Bulan, semoga kau mengerti!
Namun... seandainya kau tak mau mendengar suara bisikan hatiku ini, yakh... biarlah aku sendiri lagi dalam sepi meniti di batas kejenuhan.

(Walau aku tak saling memiliki, namun aku tetap menyayanginya, karena dia tetap adikku seperti adik kandungku sendiri)


TERMENUNG SENDIRI
Di malam sedingin ini
Kutermenung seorang diri
Teringat pada masa-masa yang lalu
Teringat pada diri seseorang
Yang jauh selalu tinggal dariku

Kuterkenang pada pertemuan denganmu
Saat-saat kita bersuka ria
Penuh tawa nan ceria
Di saat-saat yang penuh memori.


0 komentar:

Posting Komentar

Dengan senang hati, komentarlah di sini!

 
© Copyright by My Diary  |  Template by Blogspot tutorial