06 September 2009

Mutiara “Cinta dan Hidup”

MUTIARA “CINTA DAN HIDUP” BUAT SESEORANG NUN JAUH DI SANA
(Mutiara ini teruntai dari berbagai literatur dan pengalaman pribadi)

CINTA
Kita tidak dapat melepaskan diri dari cinta, karena cinta adalah sebagai asal kejadian manusia.
Cinta asmara akan tetap merayap selagi air dalam hawa tidak bisa bersatu.
Cinta adalah kehidupan seorang wanita, tetapi merupakan sebagian dari babak kehidupan seorang pria.
Cinta yang harmonis ialah cinta yang mempunyai keseimbangan yaitu cinta yang diberikan sama dengan cinta yang diterima.
Cinta bukanlah melemahkan hati, bukan membawa putus asa, tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri kehidupan.
Cinta itu ibarat garam, tanpa dia sayur terasa hambar, tanpa cinta hidup terasa sunyi, sepi tanpa gairah.
Cinta itu bunga, makin mekar semakin menarik dan indah.
Cinta itu nada-nada lagu, sedang kasih adalah susunan syairnya. Jadi, cinta kasih ibarat syair lagu dalam nada-nada indah.
Cinta adalah embun pagi yang menetes di dada dan tembus mengendap di hati. Sejuk, dingin dan damai.
Cinta adalah karunia Tuhan yang harus dinikmati dan bukan untuk dipertaruhkan atau disia-siakan.
Cintailah kekasih kita seperti halnya kita mencintai diri kita sendiri.

Cinta itu mampu membawa manusia kegelapan ke dalam suasana terang benderang.
Cinta itu sebenarnya tak pernah datang kalau ia sendiri tak merasa siap untuk menerima cinta orang lain.
Jika kita ingin merasakan tersiksa, cobalah mencintai seseorang tanpa memberitahukan rasa cinta kita itu kepadanya.
Indahnya cinta seperti gemercik air di sela bebatuan. Seperti arus yang tenang mengaliri sungai-sungai di pedalaman. Seperti air yang tercurah ke bumi saat tanah sedang dahaga. Air mendaki ke daun, merambat dari akar dan memanjat pohon-pohon tinggi. Mengirimkan hijauan ke daun-daun yang menguning karena haus dibakar kemarau. Cinta merambah tanah, meliuk dalam gelombang pasang, melembah di sawah-sawah petani. Melayah ke petak-petak sawah... (Cinta dan sayangku bagaikan air yang mengalir)
Cinta adalah kasih tanpa suara. Embun yang merayap ke seluruh persada. Lembut, selembut air di kolam sebening kaca. Selembut bibir bayi yang terlena di dada bunda. Selembut senyuman kekasih yang penuh setia.
Cinta itu harus beriring dengan saling memahami dan dengan perasaan yang menggelora, seperti api yang membakar tanah. Api yang membakar tanah yang telah dicetak menjadi bata. Batanya keras. Dibuat menjadi bahan membangun rumah yakni tempat bercinta. Melahirkan anak-anak dan generasi. Tanah yang hangus terbakar akan menjadi subur. Tempat menanam padi, palawija, dan buah-buahan. Tanah akan melahirkan tetumbuhan. Tetumbuhan akan memberikan kehidupan kepada manusia. Manusia akan melahirkan generasi manusia. Tetapi api sendiri menghanguskan dirinya sendiri. Api menghanguskan segala. Seperti itulah cinta. Ia menghanguskan kayu dan logam mulia. Ia menyusuh emas menjadi emas murni. Kadang-kadang cinta adalah perasaan sedih. Dua kekasih yang terpisah akan merasa sedih. Badan yang jauh, hanya disatukan dengan tali kasih. Suami istri yang telah lama bersatu sedih mereka dibiasakan oleh waktu. Pada anak mereka memeluk rindu. Kalau tak beranak mereka memeluk harapan. Kalau ada anak, si istri akan mengulang suka, kala lepas dari rasa sakit melahirkan. Si suami memutar saat, kala keringat dan kelelahan mengucurkan badan di waktu ia berupaya mencukupkan kebutuhan. Cinta adalah kesakitan. Sekaligus kesukaan yang tak terperi.
Hidup tak berhenti pada cinta. Jika hidup berhenti, hidup itu sudah mati. Setiap yang hidup selalu bergerak. Cinta pun bergerak. Cintalah yang menggerakkan kehidupan. Cinta bukan hanya bersifat jasmani. Kekuatan cinta harus seimbang antara yang bersifat jasmani dan rohani. Cinta yang bersifat jasmani saja, membuat manusia menjadi tamak. Cinta yang bersifat rohani saja, membuat manusia kehilangan arti bagi dunia, karena seluruh yang ada punya dunia. Makhluk hidup atau mati sama-sama punya dunia sendiri-sendiri. Punya misteri masing-masing. Dunia artinya kehidupan... Memang masalah ini membuat kita lebih tidak mengerti. Padahal pengertian itu sendiri adalah sebuah dunia. Ada orang yang tak mengerti bahwa ia telah berbuat baik. Ada pula orang yang tak mengerti bahwa ia telah berbuat tak baik. Dan ada pula orang yang tak mengerti bahwa ia tak mengerti. Ini memang lucu. Sering manusia bermain untuk main-main. Tetapi kalau permainan itu menjadi sungguh-sungguh, sering orang berani untuk mati. Berani untuk mati berarti tak punya keberanian untuk hidup. Aneh juga. Biasanya orang tak berani untuk mati. Pada orang tertentu, hidup atau mati sama saja. Maksudnya, pada orang yang satu, mati atau hidup selalu dilandasi harapan. Sedangkan pada orang yang lain, mati atau hidup di dalam ketiadaan harapan. Kenyataan adalah harapan yang terwujud. Ada harapan yang terwujud di dalam kehidupan. Ada harapan yang terwujud di balik kehidupan. Karena di balik kehidupan ini ada kehidupan lain.
Bunga adalah peluru di medan asmara. Jika bunga layu dan medan pertempuran lama reda, tetapi cinta kita tetap hangat seperti hangatnya musim yang membentang sepanjang khatulistiwa.
Jika cinta mempertalikan dua manusia, apa pun akan dilewati mereka. Juga mati tak bisa memisahkannya.
Cinta adalah akar kebaikan. Tetapi cinta juga adalah akar segala kejahatan. Karena patah cinta orang dapat tega membunuh saingannya, atau orang yang mematahkan cinta. Cinta negatif seperti ini karena motivasi yang salah. Tetapi cinta yang tanpa menuntut balas, akan hidup terus walaupun diterpa badai petaka apa pun.
Bersambung…..


0 komentar:

Posting Komentar

Dengan senang hati, komentarlah di sini!

 
© Copyright by My Diary  |  Template by Blogspot tutorial